Rawa Pening menjadi salah satu tempat wisata di Jawa Tengah, yang mempunyai keindahan dan kisah tersendiri. Timbul Kisah Rawa Pening, yang dikisahkan dari Baru Klingting menjadi awal mula terbentuknya rawa tersebut. Jawa Tengah mempunyai danau yang sangat eksotis, yang terdapat panorama indah bernama Rawa Pening. Tempat wisata ini terdapat di kabupaten Semarang, yang menempati 4 kecamatan yaitu Bawen, Ambarawa, Tuntang dan Banyubiru. Akan tetapi di balik keindahan dari tempat ini, terdapat legenda yang dipercaya secara turun temurun oleh masyarakat setempat. Legenda tersebut menceritakan seorang gadis yang bernama Baru Klinting, yang selalu dihina dan di olok olok oleh penduduk desa. Hingga pada suatu hari, ia merasa sangat terhina dan ia marah serta dirinya menyebabkan banjir besar yang menenggelamkan sebuah desa. Simak penjelasan berikut, tentang awal mula terbentuknya Rawa Pening.
KISAH RAWA PENING YANG MELEGENDA
Dahulu terdapat satu desa yang aman dan makmur, di tanah kekuasaan Kerajaan Mataram yaitu Desa Ngasem. Di desa tersebut dibimbing oleh kepala desa yang bijaksana, bernama Ki Sela Gondang. Dirinya mempunyai istri bernama Endang Sawitri. Dan karena sebuah kutukan, Endang Sawitri hamil dan melahirkan seorang anak dengan wujud naga. Anak naga tersebut diberi nama Baru Klingting oleh ibunya Endang Sawitri. Di saat memasuki usia dewasa, Baru Klinting mengunjungi Gunung Telomoyo, dimana ia ingin terlepas dari kutukan tersebut dan kembali pada wujud manusia umumnya. Dirinya bertapa dengan melilitkan tubuh naga nya, sampai ke puncak Gunung Telomoyo. Di samping itu sekumpulan penduduk dari Desa Pathok sedang berburu, mereka melihat ekor dari Baru Klingting dan mereka memotongnya serta membawa pulang ke desa mereka. Sementara Baru Klinting berhasil kembali ke wujud manusia, dan pergi berkunjung ke Desa Pathok.
Penduduk desa sedang mengadakan pesta, maka dari itu ia datang dan meminta makanan dan minuman kepada mereka. Akan tetapi karena tubuhnya yang penuh dengan luka dan bau, mereka menolak untuk menuruti permintaannya. Dengan rasa sakit hati dan sambil menangis, ia pergi meninggalkan desa tersebut. Sampai di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang wanita tua bernama Nyai Latung, dan meminta makanan kepada wanita tersebut. Nyai Latung yang merasa iba karena kondisinya, akhirnya memberikan makanan dan minuman kepadanya. Selesai makan Baru Klinting pergi, dan sebelum ia pergi sudah memberi pesan kepada Nyai Latung jika mendengar suara kentongan maka harus naik ke atas lesung. Ia kembali ke desa tersebut dan menancapkan sebuah lidi, kemudian ia menantang semua orang untuk mencabut lidi tersebut. Sayangnya tidak ada yang bisa mencabut lidi tersebut, bahkan orang dewasa bertubuh kekar sekalipun tidak bisa mencabutnya.
KELANJUTAN CERITA…
Dari semua penduduk, hanya Baru Klinting yang berhasil mencabut lidi tersebut, dan lubang dari bekas tancapan tersebut mengeluarkan pancuran air yang deras. Seketika desa mulai penuh dengan air, dan para penduduk lari untuk menyelamatkan diri. Dari kejauhan Nyai Latung mendengar suara kentongan, dan ia teringat akan pesan dari Baru Klinting maka ia segera naik ke atas lesung. Dalam perasaan yang bingung ia berada di atas lesung, sambil melihat tetangganya yang tenggelam. Pada beberapa saat Nyai Latung langsung menepi, dan ia naik ke daratan. Dan dirinya baru tersadar hanya dirinya yang selamat dalam kejadian tersebut. Setelah itu ia menetap di pinggir rawa, dan ia menamai desa yang tenggelam tersebut menjadi Rawa Pening yang berasal dari genangan air bening membentuk rawa.
TOKOH UTAMA DARI KISAH RAWA PENING
1. Baru Klinting
Baru Klinting merupakan tokoh utama dalam cerita ini, dan ia memiliki kekuatan sakti. Dirinya terkena kutukan, hingga ia menjadi wujud naga dan segala cara ia lakukan agar kembali menjadi wujud manusia. Pada akhirnya ia bebas dari kutukan, akan tetapi tubuhnya penuh dengan luka dan bau yang menyengat. Saat dalam perjalanan dirinya mengunjungi sebuah desa, dan ia meminta makanan dan minuman. Karena kondisi tubuhnya, ia mendapat penolakan dan penghinaan dari penduduk desa. Karena hal ini membuat ia marah, dan Baru Klinting yang menjadi penyebab terbentuknya Rawa Pening.
2. Nyai Latung
Wanita tua yang bertemu dengan Baru Klinting dalam perjalanan, ialah Nyai Latung. Dari semua penduduk desa, hanya Nyai Latung yang selamat dari kemarahan Baru Klinting. Dari semua penduduk desa, Nyai Latung yang merasa kasihan dengan kondisinya, dan memberikannya makan dan minum.
3. Penduduk Desa
Para penduduk desa Pathok, adalah masyarakat yang menolak kedatangan Baru Klinting karena kondisi tubuhnya. Mereka sedang berpesta di desa mereka, akan tetapi mereka menolak untuk memberikan makanan dan minuman untuknya bahkan menghina kondisi tubuhnya. Dalam keadaan sakit hati Baru Klinting pergi, dan kembali lagi hingga menantang semua penduduk untuk mencabut lidi yang ia tancapkan ke tanah. Tidak ada satu orang pun yang mampu mencabutnya, dan hanya Baru Klinting yang bisa mencabut hingga lubang bekas tancapan tersebut mengeluarkan pancuran air yang deras.
PESAN MORAL YANG DAPAT DIJALANKAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
Dalam kisah Rawa Pening, ada pesan moral yang bisa diingatkan dan dijalankan dalam kehidupan sehari hari. Sebagai contoh yang paling utama, tidak dibenarkan untuk memiliki sikap yang angkuh dan sombong dengan apa yang saat ini kita miliki. Bukan hanya itu saja, tidak baik jika menilai orang lain hanya dari penampilan ataupun fisik yang tidak sempurna. Kisah ini juga mengajarkan kita, tentang perlunya menghargai orang lain yang ada di sekitar lingkungan kita. Jangan sesekali untuk merendahkan orang lain, hanya karena melihat fisik nya yang tidak sempurna.
Baca Juga : The Backyardigans Serial Animasi Ini Mengajarkan Kreativitas dan Persahabatan